menangani KEMARAHAN

Bila sedang naik darah, berusaha bersikap tenang memang bukan perkara mudah. Namun, ini perlu dilakukan, agar Anda dapat menjernihkan pikiran dan menyampaikan kemarahan dengan efektif. Daripada buang-buang energi percuma, ikuti langkah-langkah berikut setiap kali Anda akan marah.

Yang harus dilakukan kalau sedang marah

  1. Samakan dulu persepsi Anda dengan orang yang akan anda marahi. Jelaskan landasan atau pandangan Anda atas persoalan yang membuat Anda marah. Sebutkan alasan Anda. Siapa yang mau dimarahi dengan alasan tidak jelas?
  2. Jangan asal saja melontarkan kemarahan. Ini mungkin jadi masalah besar buat Anda yang sulit menahan kemarahan atau biasa marah berkepanjangan. Untuk menghindarinya, lakukan hal-hal berikut : pertahankan agar nada suara Anda tetap rendah, tarik napas dalam-dalam, minum air dingin, pergi ke kamar mandi, dan cuci muka. Endapkan dulu kemarahan atau kejengkelan barang semalam. Kemungkinan besar, kondisi Anda sudah kembali normal dan Anda sudah kembali normal dan Anda bisa berpikir secara objektif keesokan harinya. Dengan begitu, Anda berlatih mengontrol emosi secara bertahap.
  3. Salurkan kemarahan dengan berdoa, mendengar musik, menonton film, atau membaca sesuatu, misalnya novel. Setelah suasana dan nuansa hati kembali normal, barulah Anda pelan-pelan menegur orang yang anda marahi. Jangan main semprot saja.
  4. Tidak ada salahnya mencoba mengenali latar belakang orang yang akan Anda marahi, antara lain latar belakang budaya dan adat istiadatnya. Bila anda juga mengenal orang itu secara pribadi, lebih bagus lagi. Ingat, setiap individu punya karakter atau pembawaan masing-masing. Perhatikan sikon alias situasi dan kondisi, dan lontarkan kritik atau teguran secara empat mata.

Ingin tahu gaya marah-marah Anda?

Sesekali mintalah bantuan teman dekat untuk merekam saat Anda marah. Dengarkan rekaman itu di saat santai. Mungkin sekali ucapan Ya ampun! Meluncur dari mulut begitu Anda mendengar hasilnya. Jangan panik. Anda bisa membuat catatan mengenai hal-hal yang perlu dipertahankan, diperbaiki, dan dihindari bila nanti Anda terpaksa marah. Cara ini cukup berguna bagi Anda yang mengalami kesulitan dalam menangani kemarahan.

Perlakuan khusus untuk orang-orang khusus

Mengetahui tipe-tipe orang yang (akan) anda marahi juga merupakan hal yang tak kalah penting. Pada dasarnya ada perlakuan dan kiat tersendiri untuk setiap tipe.

  • Orang yang termasuk tipe pemarah sering kali berada dalam keadaan emosi yang labil dan kerap mengabaikan akal sehatnya. Cara paling efektif untuk menghadapinya adalah dengan menegur orang itu secara halus.
  • Waspadalah saat memarahi orang yang mudah tersinggung. Sebetulnya mereka adalah orang yang tidak pede. Anda harus persis tahu hal apa yang membuatnya tersinggung. Kenali sifat ketersinggungannya, tegurlah dia baik-baik tanpa menyertakan hal-hal yang dapat membuatnya tertekan. Kalau mau aman, berkatalah seperlunya.
  • Bersikaplah ekstra hati-hati saat memarahi orang yang sangat perasa. Mereka yang sangat perasa alias sensitif selalu mengaitkan semuanya dengan perasaan. Pikirkanlah kata-kata yang akan Anda ucapkan dengan baik. Jangan sampai dia berbuat nekat gara-gara Anda marahi!
  • Tak perlu ragu menegur orang yang terlalu pede bila dia memang melakukan kesalahan. Tak bisa disangkal, orang tipe ini benar-benar menyebalkan, selalu merasa paling pintar, dan sok tahu. Untk menghadapi tipe orang yang satu itu, tidak usah ambil pusing. Karena dia bisa bersikap seenaknya, Anda bisa memarahinya tanpa terlalu berhati-hati.
  • Paing mudah memarahi orang yang cuek. Mereka cenderung tidak memasukkan kemarahan anda ke dalam hati dan tidak peduli. Jadi, Anda bisa menghadapinya dengan lebih terbuka. Tidak masalah kalau mau menggunakan nada yang tegas dan lugas. Tapi, tak perlu bersikap kasar.

Kalau dimarahi bos

Bagaimana kalau anda dimarahi bos? Cobalah menjadi pendengar yang baik. Terima dulu kemarahan itu. Bagaimanapun, Anda wajib menghormatinya sebagai atasan. Tunjukkan bahwa Anda memperhatikan kata-katanya. Bisa lewat anggukan kepala yang sopan atau lewat ucapan, “Ya, Bu, saya minta maaf.”

Kalau atasan sudah kelihatan reasonable atau bisa diajak berdialog –tidak usah pada hari itu juga-barulah Anda menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Kuncinya, sebelum kemarahan atasan menurun atau mengendap, jangan sekali-sekali menyela, memotong, apalagi menantang sekalipun maksud Anda adalah untuk berdialog.

Semoga bermanfaat.. :)
Sumber : ETIKET - Mien R. Uno

 

Leave a comment